Konsep pemasaran Dalam Jasa Pendidikan
Ada beberapa tahap perkembangan konsep marketing yang digunakan oleh para pengusaha dalam menghadapi persaingan yaitu:
a. Konsep Produksi
Konsep ini berpendapat bahwa perusahaan membuat piduksi sebanyak-banyaknya. Dengan produksi masal ini akan diperoleh efisiensi dalam pemakaian input dan efisiensi dalam proses produksi. Kemudian perusahaan akan dapat menetapkan harga jual lebih murah dari saingan.
Jika hal ini diterapkan dalam jasa pendidikan, bukan berarti lembaga pendidikan menghasilkan lulusan secara massal dengan mengabaikan mutu, kemudian menurunkan uang kuliah,
agar lebih banyak peminat masuk.Konsep produksi dalam jasa pendidikan, harus tetap memegang teguh peningkatan mutu lulusannya, dan uang kuliah tidak terlalu tinggi.
b. Konsep Produk
Konsep ini berlaku sudah sejak lama, pada saat produsen berada pada posisi kuat.Produsen menghasilkan produk yang sangat baik, menurut ukuran atau selera produsen sendiri, bukan menurut kehendak konsumen, konsumen demikian banyaknya, sehingga selera mereka bervariasi.Kesalahan pada konsep produk adalah menyamakan selera produsen dengan selera konsumen. Akibatnya jika timbul pesaing baru yang kreatif dalam bidang produksi, maka pengusaha yang menganut konsep produk ini kan kalah dalam persaingan.
Jika diterapkan dalam lembaga pendidikan, maka pimpinan lembaga tidak boleh berbuat sekehendaknya, walaupun dalam rangka ingin meningkatkan mutu. Pimpinan harus sering memonitor apa kehendak konsumen, apa keluhan-keluhan
yang dibicarakan oleh para mahasiswa diluar ataupun dosen, tenaga administrasi dan sebagainya.
c. Konsep Penjualan
Pengusaha yang menganut konsep penjualan (selling concept) berpendapat bahwa yang terpenting adalah produsen menghasilkan produk, kemudian produk itu dijual kepasar dengan menggunakan promosi besar–besaran. Jika diterapkan dalam lembaga pendidikan, maka ada kecenderungan lembaga menggunakan surat kabar, TV, memasang iklan.
Iklan ini harus harus disertai bukti nyata yang menunjang kekuatan iklannya, iklan tanpa usaha perbaikan mutu lembaga pendidikan akan menjadi bumerang bagi lembaga itu sendiri.
Para pengelola
yang menganut konsep penjulan hanya mementingkan tugasnya saja tanpa memikirkan pelayanannya sudah baik atau belum.
d. Konsep Marketing (Marketing Concept)
Konsep Marketing ini menyatakan bahwa produsen tidak hanya memperhatikan diri sendiri tetapi melihat bagimana selera konsumen. Marketing tidak berarti bagaimana menjual produk agar laris habis, akan tetapi konsep marketing lebih berorientasi jangka panjang. Dalam konsep ini lebih menekankan pada “kepuasan konsumen”.Tujuan marketing adalah bagaiman usaha untuk memuaskan selera, memenuhi “needs and wants” dari konsumen. Istilah needs artinya kebutuhan yang didefinisikan sebagai rasa kekurangan pada diri seseorang yang harus dipenuhi. Sedangkan wants adalah keinginan, yang didefinisikan sebagai suatu kebutuhan yang sudah dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti daya beli, pendidikan, agama, keyakinan, family, dan sebagainya.
Lembaga pendidikan
yang menganut konsep
marketing ini tidak hanya sekedar mengajar siswa tiap hari sesuai jadwal, tetapi mengusahakan
agar siswa puas dengan layanan lembaga dalam banyak hal, misalnya dalam suasana belajar mengajar, ruang kelas
yang bersih, taman
yang asri, dosen-dosen
yang ramah, perpustakaan,
Lab, dan
lain sebagainya harus siap melayani siswa.
e. Konsep Responsibility (konsep kemasyarakatan)
Konsep ini menyatakan bahwa dunia perusahaan harus
bertanggung jawab pada
terhadap segala perilaku bisnisnya.Perusahaan harus
menghasilkan produk yang dapat
diandalkan, tidak cepat rusak, tidak berbahaya jika digunakan
oleh konsumen dan turutmenjaga kelestarian alam.
Jika konsep ini diterapkan dalam lembaga pendidikan maka
lembaga pendidikan harus bertanggung jawabt terhadap
masyarakat luas
yang dipungut dan
yang digunakan,
sehingga mutu lulusan
yang dihasilkannya benar-benar
maksimal untuk kepentingan masyarakat.