Dear all
Pada kesempatan kali ini penulis akan melanjutkan kembali pembahasan kita, yaitu, "Tema dan Manfaat Puasa untuk Alam dan Umat Manusia". Telah dibahas pada bagian 1 bahwa hikmah dan manfaat puasa untuk alam dan umat manusia meliputi 2 Aspek utama, yaitu Aspek Spritual dan Aspek Material. Seluruh Agama di Dunia baik Khatolik, Protestan, Budha, Hindu dan lainnya memiliki training-training puasa tersendiri. Para pembaca dapat dengan mudah browsing atau bahasa anak muda zaman sekarang "tanya ke mbah google". Diakhir Tulisan pada tema ini, yaitu bagian ke-3, Penulis juga akan melampir kegiatan-kegiatan berpuasa di masing-masing Agama , seperti janji penulis sebelumnya.
Aspek Material
Para pelajar/ mahasiswa belajar untuk beberapa bulan secara berkesinambungan, kemudian mereka dibolehkan untuk berlibur. Para pekerja menghabiskan setidaknya 6 hari dalam seminggu untuk bekerja, sebab hari ke-7 merupakan hari libur bagi mereka untuk bersantai dan beristirahat. Manusia menguras energi mental dan fisik sepanjang hari, selanjutnya waktu istirahat dan tidur untuk merenovasi indra-indra mereka untuk hari berikutnya. Bahkan mesin-mesin dan alat-alat mekanis membutuhkan relaksasi dan kita dapat mengambil hal ini pada sepeda motor, pesawat, lokomotif dan sebagainya. Begitupula halnya dengan Organ-oragan pencernaan serta perut kita yang membutuhkan istirahat.
Pada umumnya, seseorang yang menjalani Ibadah Puasa akan mengalami godaan-godaan, jalan-jalan duniawi yang cendrung mengotori kesucian dan kesederhanaan kita. Akibatnya kita memperturutkan kata hati kita untuk makan sepanjang waktu, mengunyah kudapan (snack) dan jajanan sepanjang hari, rokok dan sebagainya sehingga kita cendrung mengalami kegemukan. Kita minum kopi terlalu banyak, atau teh, atau minuman berkarbonat. Sebagian sexaholics tak dapat menjauhkan diri dari sex kecuali kalau mereka melakukannya minimal sekali atau lebih dalam sekali dalam sehari. Ketika kita berdebat, kita mengesampingkan kesantunaqn kita dan melalkukan pembicaraan tidak santun, bahkan berkelahi secara fisik.
Kini ketika seseorang berpuasa, ia tak dapat melakukan semua itu. Ketika ia memandang makanan yang menimbulkan air liur, ia bahkan tak dapat merasakannya dan ia harus berhenti mengunyah kudapan, demikian juga menghisap rokok, jika ia berpuasa, tak ada lagi kopi yang (biasanya) diminum terus-menerus, teh ataupun cola. Syahwat seksual harus dikekang dan ketika ia terprovokasi untuk bertengkar, ia berkata, "saya sedang berpuasa, karenanya saya tak dapat meladenimu". Untuk meraih kesadaran tentang Allah Tuhan semesta Alam, kita dianjurkan melakukan sholat sunnah dan membaca Al-Qur'an ( Bagi Umat Muslim).
Berpuasa juga digunakan oleh para pasien untuk mengatur berat badan mereka, untuk mengistirahatkan sistem pencernaan, dan untuk menurunkan kolestrol dalam darah. Puasa Islami berbeda dengan program diet demikian, sebab pada Puasa Ramadhan tak ada malnutrisi (kekurangan gizi) atau perolehan kalori yang tidak cukup. Puasa Ramadhan dilakukan sukarela berlandaskan Takwa (lihat bagian 1 ).
To be continued
Best Regards
Senopati Center
Jumat, 25 Juli 2014
Selasa, 22 Juli 2014
POLA RATA-RATA CARA BELAJAR SISWA/I BAGIAN 4
Dear all
Setelah menulis tipe belajar bagian 3, maka sebelum melanjutkan item berikutnya, yaitu :
-Tipe belajar 4 : Verbal Association (Asosiasi verbal)
-Tipe belajar 5 : Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
-Tipe belajar 6 : Concept Learning (Belajar konsep)
-Tipe belajar 7 : Rule Learning (Belajar aturan)
-Tipe Belajar 8 : Problem Solving (Pemecahaan Masalah)
Penulis akan mencoba untuk menggambarkan karakteristik gaya belajar siswa/i yang tidak kalah pentingnya untuk dipahami oleh pengajar ataupun orang tua. Adapun karakteristik itu diantaranya adalah :
Visual
Gaya belajar melalui pengamatan: mengamati peragaan
Membaca, menyukai deskripsi, sehingga sering kali di tengah-tengah membaca berhenti untuk membayangkan apa yang dibacanya.
Mengeja, mengenali huruf melalui rangkaian kata yang tertulis
Menulis, hasil tulisan cenderung baik, terbaca jelas dan rapi.
Ingatan, ingat muka lupa nama, selalu menulis apa saja.
Imajinasi, memiliki imajinasi kuat dengan melihat detil dari gambar yang ada.
Distraktibilitas, lebih mudah terpecah perhatiannya jika ada gambar.
Pemecahan, menulis semua hal yang dipikirkan dalam suatu daftar.
Respon terhadap periode kosong aktivitas, jalan-jalan melihat sesuatu yang dapat dilihat.
Respon untuk situasi baru, melihat sekeliling dengan mengamati struktur.
Emosi, mudah menangis dan marah, tampil ekspresif
Komunikasi, tenang tak banyak bicara panjang, tak sabar mendengar, lebih banyak mengamati.
Penampilan, rapi, paduan warna senada, dan suka urutan.
Respon terhadap seni, apresiasi terhadap seni apa saja yang dilihatnya secara mendalam dengan detil dan komponen, dari pada karya secara keseluruhan.
Auditori
Gaya, belajar melalui instruksi dari orang lain
Membaca, menikmati percakapan dan tidak memperdulikan ilustrasi yang ada
Mengeja, menggunakan pendekatan melalui bunyi kata
Menulis, hasil tulisan cenderung tipis, seadanya
Ingatan, ingat nama lupa muka, ingatan melalui pengulangan.
Imajinasi, tak mengutamakan detil, lebih berpikir mengandalkan pendengaran.
Distraktibilitas, mudah terpecah perhatiannya dengan suara.
Pemecahan, pemecahan masalah melalui lisan.
Respon terhadap periode kosong aktivitas, ngobrol atau bicara sendiri.
Respon untuk situasi baru, bicara tentang pro dan kontra.
Emosi, berteriak kalau bahagia, mudah meledak tapi cepat reda, emosi tergambar jelas melalui perubahan besarnya nada suara, dan tinggi rendahnya nada.
Komunikasi, senang mendengar dan cenderung repetitif dalam menjelaskan.
Penampilan, tak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan.
Respon terhadap seni, lebih memilih musik. Kurang tertarik seni visual, namun siap berdiskusi sebagai karya secara keseluruhan,tidak berbicara secara detil dan komponen yang dilihatnya.
Kinestetik
Gaya, belajar melalui melakukan sesuatu secara langsung
Membaca, lebih memiliki bacaan yang sejak awal sudah menunjukkan adanya aksi.
Mengeja, sulit mengeja sehingga cenderung menulis kata untuk memastikannya
Menulis, hasil tulisan "nembus" dan ada tekanan kuat pada alat tulis sehingga menjadi sangat jelas terbaca.
Ingatan, lebih ingat apa yang sudah dilakukan, daripada apa yang baru saja dilihat atau dikatakan.
Imajinasi, imajinasi tak terlalu penting, lebih mengutamakan tindakan/kegiatan.
Distraktibilitas, perhatian terpecah melalui pendengaran
Pemecahan, pemecahan masalah melalui kegiatan fisik dan aktivitas.
Respon terhadap periode kosong aktivitas, mencari kegiatan fisik bergerak.
Respon untuk situasi baru, mencoba segala sesuatu dengan meraba, merasakan dan memanipulasi.
Emosi, melompat-lompat kalau gembira, memeluk, menepuk, dan gerakan tubuh keseluruhan sebagai luapan emosi.
Komunikasi, menggunakan gerakan kalau bicara, kurang mampu mendengar dengan baik.
Penampilan, rapi, namun cepat berantakan karena aktivitas yang dilakukan
Respon terhadap seni, respon terhadap musik melalui gerakan. Lebih memiliki patung, melukis yang melibatkan aktivitas gerakan.
Setiap individu bisa memiliki salah satu dari karakteristik ini, atau pun perpaduan diantaranya. Orang tua dan pengajar harus jeli dalam melihat hal ini, jangan paksakan gaya belajar kita kepada siswa/i kita akan tetapi bantu mereka dalam mengatur strategi, displin dengan cara mereka. Sertakan point reward untuk mereka sehingga seimbang antara "reward dan punishment"
Dengan memadukan antara karateristik ini dengan Pola belajar siswa/i ini diharapkan akan lebih mempersiapkan para pengajar dalam menghadapi medan tempur yang akan mereka hadapi.
To Be Continued
Best Regards
Senopati Center
Sabtu, 19 Juli 2014
POLA RATA-RATA CARA BELAJAR SISWA/I BAGIAN 3
Dear all
Pada kesempatan kali ini penulis akan kembali melanjutkan Pola Rata-rata belajar siswa/i yang perlu diketahui oleh para pengajar pada umumnya. Sebelum. merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar, apapun metodenya, siapapun pemegang pemerintahaannya, seorang pengajar yang baik akan mempertimbangkan dan harus dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1. Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh siswa yang akan diajar.
2. Tingkat dan tahap serta jenis kemampuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai oleh siswa yng bersangkutan.
3. apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang akan diajarkan.
4. Berapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar dimulai.
Disamping ke-empat pertanyaan diatas, ada 3 dimensi dari entering behaviour yang perlu diketahui oleh Pengajar, yaitu :
1. Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh Siswa
2. Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa
3. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikofisik.
Dengan Pertimbangan dan Dimensi diatas, ditambah dengan pengertian dari tipe pola belajar dihrpkn seorang pengajar akan siap di medan manapun dalam mencerdaskan kehidupan Bangsa.
Pada Bagian ke-2 kita telah mengupas Pola belajar tipe 1 dan tipe 2 yaitu Signal Learning dan Stimulus-Repons Learning. Berikut ini penulis akan melanjutkan dengan Tipe Pola Belajar ke 3, yaitu : Chainning ( Rantai atau Rangkaian )
Chaining adalah belajar menghubungkan suatu ikatan S-R (Stimulus-Respons) yang satu dengan lainya. Untuk mempermudah dalam mengenal tipe pola belajar ini penulis akan mencoba mengedepankan contoh yang ada seperti :
- Dalam bahasa kita banyak contph chaining seperti ibu-bapak, kampung-halaman, selamat tinggal, dan sebagainnya. Juga dalam perbuatan kita banyak terdapat chaining ini, seperti pulang kantor, ganti baju, makan siang dan sebagainya.
Chaining terjadi bila terbentuk hubungan antara S-R, sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Jadi berdasarkan hubungan (Conntiguity). Prinsip berkesinambungan, pengulangan dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining ini.
Karena hari telah mendekati waktu berbbuka Puasa, maka penulis akan melanjutkan tipe belajar lainnya pada tulisan erikutnya, yaitu
-Tipe belajar 4 : Verbal Association (Asosiasi verbal)
-Tipe belajar 5 : Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
-Tipe belajar 6 : Concept Learning (Belajar konsep)
-Tipe belajar 7 : Rule Learning (Belajar aturan)
-Tipe Belajar 8 : Problem Solving (Pemecahaan Masalah)
Thanks all
Best Regards
Senopati Center
Pada kesempatan kali ini penulis akan kembali melanjutkan Pola Rata-rata belajar siswa/i yang perlu diketahui oleh para pengajar pada umumnya. Sebelum. merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar, apapun metodenya, siapapun pemegang pemerintahaannya, seorang pengajar yang baik akan mempertimbangkan dan harus dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1. Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh siswa yang akan diajar.
2. Tingkat dan tahap serta jenis kemampuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai oleh siswa yng bersangkutan.
3. apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang akan diajarkan.
4. Berapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar dimulai.
Disamping ke-empat pertanyaan diatas, ada 3 dimensi dari entering behaviour yang perlu diketahui oleh Pengajar, yaitu :
1. Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh Siswa
2. Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa
3. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikofisik.
Dengan Pertimbangan dan Dimensi diatas, ditambah dengan pengertian dari tipe pola belajar dihrpkn seorang pengajar akan siap di medan manapun dalam mencerdaskan kehidupan Bangsa.
Pada Bagian ke-2 kita telah mengupas Pola belajar tipe 1 dan tipe 2 yaitu Signal Learning dan Stimulus-Repons Learning. Berikut ini penulis akan melanjutkan dengan Tipe Pola Belajar ke 3, yaitu : Chainning ( Rantai atau Rangkaian )
Chaining adalah belajar menghubungkan suatu ikatan S-R (Stimulus-Respons) yang satu dengan lainya. Untuk mempermudah dalam mengenal tipe pola belajar ini penulis akan mencoba mengedepankan contoh yang ada seperti :
- Dalam bahasa kita banyak contph chaining seperti ibu-bapak, kampung-halaman, selamat tinggal, dan sebagainnya. Juga dalam perbuatan kita banyak terdapat chaining ini, seperti pulang kantor, ganti baju, makan siang dan sebagainya.
Chaining terjadi bila terbentuk hubungan antara S-R, sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Jadi berdasarkan hubungan (Conntiguity). Prinsip berkesinambungan, pengulangan dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining ini.
Karena hari telah mendekati waktu berbbuka Puasa, maka penulis akan melanjutkan tipe belajar lainnya pada tulisan erikutnya, yaitu
-Tipe belajar 4 : Verbal Association (Asosiasi verbal)
-Tipe belajar 5 : Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
-Tipe belajar 6 : Concept Learning (Belajar konsep)
-Tipe belajar 7 : Rule Learning (Belajar aturan)
-Tipe Belajar 8 : Problem Solving (Pemecahaan Masalah)
Thanks all
Best Regards
Senopati Center
Langganan:
Postingan (Atom)