Sabtu, 04 Januari 2014

EQ bagian 1

Dewasa ini kita sering dengar tentang EQ, baik di media cetak maupun media elektronik. Dari acara Motivasi, Konsultasi Pendidikan sampai dengan Talk Show. Contoh nyata seperti acara reality show di Kick Andy dan lainnya, bagaimana seorang yang cacat dapat menjadi salah satu orang tersukses di Indonesia. Tidak terbatas dengan itu, lihatlah disekililing kita, seseorang  dengan kemampuan biasa-biasa saja dapat menjadi pemimpin, orang terkaya, bahkan pemimpin Dunia. Lihatlah kisah-kisah orang sukses di Dunia. Sedikatkah dari mereka yang mempunyai kemampuan intelegensia (IQ) biasa-biasa saja? 

Disisi yang lain juga kita dengar banyak kebanggan terutama dari para orang tua yang mendapatkan hasil tes IQ anaknya yang diatas rata-rata,  Banyak kita kenal penemu dengan IQ diatas rata-rata seperti Albert Enstein , Mark sang penemu Facebook dan banyak lainnya.Merekapun banyak yang menjadi orang sukses, kaya, bahkan penguasa Dunia.

Pertanyaan-pertanyaan yang sering terjadi secara acak dan banyak tim kami temukan dilapangan antara lain :
1. Apakah saya bisa sepintar dia ?
2. Anak saya tidak bisa konsentrasi dalam pelajaran, bagaimana ini?
3. Kenapa saya selalu gagal melakukan itu?
4. IQ anak saya pas-pas an, bagaimana bisa rangking 1 ? atau saya ber IQ standar, bagaimana bisa seperti       dia ?
5. Anak saya susah diatur, bagaimana ya?

Mari kita lihat definisinya dulu antara IQ dan EQ, bagaimana ke-2 nya bisa berjalan sinergi terhadap keberjhasilan hidup, dan bagaimana Daniel Goleman bisa mengatakan 
bahwa 80% keberhasilan hidup ditentukan oleh kecerdasan emosional, dan akhirnya bagaimana Lembaga Franchise Kursus i-tutor.net mengedepankan hal itu dalam pembelajarannya.

IQ (Intelligence Quotient) 

istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5 % dari total berat badan kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius memakainya 5-6 %. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 %.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup.IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.

Hasil tes dapat pada umumnya adalah seperti ini :

TINGKAT KECERDASAN
IQ
Genius
Di atas 140
Sangat Super
120 - 140
Super
110 - 120
Normal
90 -110
Bodoh
80 - 90
Perbatasan
70 - 80
Moron / Dungu
50 - 70
Imbecile
25-50
Idiot
0 - 25


Bisakah seorang dengan IQ Normal 90-110 menjadi sukses? jawabannya adalah Bisa 
( lihat disekiling Anda dari semua sumber informasi dan amatilah fakta-fatka yang ada)

Bisakah orang dengan IQ Bodoh menjadi sukses? jawabannya adalah Jarang
( lihat disekiling Anda dari semua sumber informasi dan amatilah fakta-fatka yang ada)

Bisakah seseorang dengan IQ Genius gagal dalam kehidupan? jawabannya adalah Bisa
( lihat disekiling Anda dari semua sumber informasi dan amatilah fakta-fatka yang ada)

Demikianlah seterusnya pertanyaan demi pertanyaan Anda amati. Maka dari data diatas, dapat kita simpulkan bahwa IQ hanyalah sebuah tes standar kemampuan otak. Jika dibawah rata-rata,maka seseorang memerlukan perhatian khusus, dan hal itupun tidak menjamin sukses atau tidaknya di kehidupan. IQ hanyalah sebuah tiket yang memudahkan anda mencapai kesukses, Bersyukurlah Pada Pencipta Anda, TUHAN SEMESTA ALAM atas karuniaNya tentang IQ yang telah diberikan kepada Anda, dan jangan sesekali Anda mengeluh tentang hal itu. Karena DIA telah mempersembahkan Kecerdasan Emosional (EQ) untuk Anda. Bagaimanakah dengan orang terdekat Anda yang  ber IQ dibawah rata-rata? EQ Andalah yang dapat membant mereka mencapai kemandirian dalam hidupnya. Bersyukurlah selalu Anda dapat memberi dengan EQ Anda.


 EQ ( Emotional Intelligence )

EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi. Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang dan takjub (Santrock, 1994).

Wilayah Kecerdasan Emosional ini akan di bahas pada Bagian Ke-2 yang diantaranya meliputi :
1. Kesadaran diri
2. Mampu mengelola Emosi
3. Memotivasi Diri
4. Mampu Berempati
5. Mampu menjalin sosial dengan orang lain   

Contoh dari hasil pengamatan 

Orang yang ber IQ Genius cendrung susah menerima pendapat orang lain, sibuk dengan Argumennya dan pengamatannya sendiri, bagaimana dengan perasaan orang lain? , ketika seorang ber IQ tinggi menghadapi persoalan yang membutuhkan kepekaan dia akan sibuk dengan logikanya baru kemudian bertindak, sebagai contoh : Ketika seorang melihat suatu peluang usaha, si A yang ber IQ  genius tanpa mengenal EQ baik secara langsung maupun tidak langsung  akan menghitung terlebih dahulu, Untung atau Rugi?,..sedangkan Orang yang mengedapankan EQ nya walau dengan IQ pas-pas an akan cepat mengambil tindakan tgerlebih dahulu sehingga peluang rtu tidak terbuang, Untung atau Rugi? dicarilah solusinya.
Contoh nyata yang paling mendekati untuk kasus pengusaha adalah Bob Sadino dalam bukunya " Belajar Goblok",...

Maka dari Tinjauan Bagian Pertama ini kita simpulkan sementara bahwa IQ sebagai tiket awal untuk mempermudah, dan EQ adalah Tiket yang harus kita raih seb

Pada Bagian Ke-2 Kami akan membahas detail, wilayah EQ dan cara menamankan ke Anda atau orang terdekat Anda. Bisakah EQ di tes seperti IQ ?,...


Bersambung 
















KURSUS TANGERANG

Dewasa ini kita sering dengar tentang EQ, baik di media cetak maupun media elektronik. Dari acara Motivasi, Konsultasi Pendidikan sampai dengan Talk Show. Contoh nyata seperti acara reality show di Kick Andy dan lainnya, bagaimana seorang yang cacat dapat menjadi salah satu orang tersukses di Indonesia. Tidak terbatas dengan itu, lihatlah disekililing kita, seseorang  dengan kemampuan biasa-biasa saja dapat menjadi pemimpin, orang terkaya, bahkan pemimpin Dunia. Lihatlah kisah-kisah orang sukses di Dunia. Sedikatkah dari mereka yang mempunyai kemampuan intelegensia (IQ) biasa-biasa saja? 

Disisi yang lain juga kita dengar banyak kebanggan terutama dari para orang tua yang mendapatkan hasil tes IQ anaknya yang diatas rata-rata,  Banyak kita kenal penemu dengan IQ diatas rata-rata seperti Albert Enstein , Mark sang penemu Facebook dan banyak lainnya.Merekapun banyak yang menjadi orang sukses, kaya, bahkan penguasa Dunia.

Pertanyaan-pertanyaan yang sering terjadi secara acak dan banyak tim kami temukan dilapangan antara lain :
1. Apakah saya bisa sepintar dia ?
2. Anak saya tidak bisa konsentrasi dalam pelajaran, bagaimana ini?
3. Kenapa saya selalu gagal melakukan itu?
4. IQ anak saya pas-pas an, bagaimana bisa rangking 1 ? atau saya ber IQ standar, bagaimana bisa seperti       dia ?
5. Anak saya susah diatur, bagaimana ya?

Mari kita lihat definisinya dulu antara IQ dan EQ, bagaimana ke-2 nya bisa berjalan sinergi terhadap keberjhasilan hidup, dan bagaimana Daniel Goleman bisa mengatakan 
bahwa 80% keberhasilan hidup ditentukan oleh kecerdasan emosional, dan akhirnya bagaimana Lembaga Franchise Kursus i-tutor.net mengedepankan hal itu dalam pembelajarannya.

IQ (Intelligence Quotient) 

istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5 % dari total berat badan kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius memakainya 5-6 %. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 %.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup.IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.

Hasil tes dapat pada umumnya adalah seperti ini :

TINGKAT KECERDASAN
IQ
Genius
Di atas 140
Sangat Super
120 - 140
Super
110 - 120
Normal
90 -110
Bodoh
80 - 90
Perbatasan
70 - 80
Moron / Dungu
50 - 70
Imbecile
25-50
Idiot
0 - 25


Bisakah seorang dengan IQ Normal 90-110 menjadi sukses? jawabannya adalah Bisa 
( lihat disekiling Anda dari semua sumber informasi dan amatilah fakta-fatka yang ada)

Bisakah orang dengan IQ Bodoh menjadi sukses? jawabannya adalah Jarang
( lihat disekiling Anda dari semua sumber informasi dan amatilah fakta-fatka yang ada)

Bisakah seseorang dengan IQ Genius gagal dalam kehidupan? jawabannya adalah Bisa
( lihat disekiling Anda dari semua sumber informasi dan amatilah fakta-fatka yang ada)

Demikianlah seterusnya pertanyaan demi pertanyaan Anda amati. Maka dari data diatas, dapat kita simpulkan bahwa IQ hanyalah sebuah tes standar kemampuan otak. Jika dibawah rata-rata,maka seseorang memerlukan perhatian khusus, dan hal itupun tidak menjamin sukses atau tidaknya di kehidupan. IQ hanyalah sebuah tiket yang memudahkan anda mencapai kesukses, Bersyukurlah Pada Pencipta Anda, TUHAN SEMESTA ALAM atas karuniaNya tentang IQ yang telah diberikan kepada Anda, dan jangan sesekali Anda mengeluh tentang hal itu. Karena DIA telah mempersembahkan Kecerdasan Emosional (EQ) untuk Anda. Bagaimanakah dengan orang terdekat Anda yang  ber IQ dibawah rata-rata? EQ Andalah yang dapat membant mereka mencapai kemandirian dalam hidupnya. Bersyukurlah selalu Anda dapat memberi dengan EQ Anda.


 EQ ( Emotional Intelligence )

EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi. Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang dan takjub (Santrock, 1994).

Wilayah Kecerdasan Emosional ini akan di bahas pada Bagian Ke-2 yang diantaranya meliputi :
1. Kesadaran diri
2. Mampu mengelola Emosi
3. Memotivasi Diri
4. Mampu Berempati
5. Mampu menjalin sosial dengan orang lain   

Contoh dari hasil pengamatan 

Orang yang ber IQ Genius cendrung susah menerima pendapat orang lain, sibuk dengan Argumennya dan pengamatannya sendiri, bagaimana dengan perasaan orang lain? , ketika seorang ber IQ tinggi menghadapi persoalan yang membutuhkan kepekaan dia akan sibuk dengan logikanya baru kemudian bertindak, sebagai contoh : Ketika seorang melihat suatu peluang usaha, si A yang ber IQ  genius tanpa mengenal EQ baik secara langsung maupun tidak langsung  akan menghitung terlebih dahulu, Untung atau Rugi?,..sedangkan Orang yang mengedapankan EQ nya walau dengan IQ pas-pas an akan cepat mengambil tindakan tgerlebih dahulu sehingga peluang rtu tidak terbuang, Untung atau Rugi? dicarilah solusinya.
Contoh nyata yang paling mendekati untuk kasus pengusaha adalah Bob Sadino dalam bukunya " Belajar Goblok",...

Maka dari Tinjauan Bagian Pertama ini kita simpulkan sementara bahwa IQ sebagai tiket awal untuk mempermudah, dan EQ adalah Tiket yang harus kita raih seb

Pada Bagian Ke-2 Kami akan membahas detail, wilayah EQ dan cara menamankan ke Anda atau orang terdekat Anda. Bisakah EQ di tes seperti IQ ?,...


Bersambung 
















GAMES EDUCATION PART 4

Dear all,..lama tidak menulis nih, maaf ya,..Pada hari ini kami akan melanjutkan kembali lanjutan dari postingan Games Education bagian 3. Walaupun IT semakin berkembang, akan tetapi perkembangan pshycomotoric anak tetap menjadi suatu kewajiban untuk dikembangkan oleh kita baik sebagai Guru, Orang Tua, Abang, atau lainnya. Karena semua orang akan terlahir sebagai guru bukan? seorang Bapak akan menjadi guru untuk anaknya, seorang Direktur akan menjadi guru bagi bawahannya dan demikian seterusnya. Terkadang kita sebagai guru, terutama guru baru, susah dalam hal menguasai kelas, Games Education ini adalah salah satu solusi bagi kita mendekatkan diri ke siswa kita.  Games ini telah hidup lama sebelumnya, akan tetapi harus lebih di galakkan lagi agar seimbang dengan perkembangan IT dan gadjet-gadjet yang ada seperti Games IPAD, PC, LAPTOP dan banyak lainnya agar anak-anak kita tidak menjadi individualis.

Games Education kali ini berjudul :

TOPI BERJALAN

A. Tujuan Permainan
     Permainan ini memiliki beberapa tujuan yang sangat penting dan dapat ditanamkan ke anak, yaitu 
1. Kesigapan dan tanggap dalam melakukan tindakan
2. Memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi
3. memiliki sikap hormat pada orang lain
    Dengan kata lain permainan ini dapat mengasah EQ anak (lihat postingan pada artikel kami)

B. Waktu Permainan
    20-30 Menit

C. Sistem Permainan
     Berkelompok, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 15-20 anak (tetapi permainannya      
     perorangan) 

D. Usia Pemain
     7 Tahun Keatas

E. Tempat Bermain
    Dalam Ruangan

F. Alat Permainan
1. Topi (jumlahnya sesuai dengan jumlah kelompoknya)
2. Peluit untuk pemandu permainan.

G. Cara Bermain
     Meskipun permainan ini terlihat sangat sederhana, akan tetapi terlihat seru jika ada rasa antusias diantara 
     orang-orang yang terlibat. Dan permainan ini bisa disisipkan dengan materi pelajaran yang sedang 
    diajarkan oleh Para Guru. Berikut cara bermainnya para pembaca yang budiman :D

1. Bentuklah lingkaran dalam setiap kelompok, dengan jarak antara anak satu dengan yang lainnya sepanjang lengan
2. Pemandu permainan membagikan satu topi untuk kelompoik.
3. Tugas anak dalam kelompok tersebut adalah menggilirkan topi yang diberikan ke teman sebelah kanannya dan seterusnya4. Penggiliran topi akan dimulai setelah terdengar peluit 1 kali dari pemandu.
5. Proses penggiliran topi harus cepat. Jika salah satu pemain disalah satu kelompok melamban proses penggiliran, pemandu harus tegas memberikan sanksi padanya, sanksi ini hisa bermacam-macam, pemandu bisa menyisiupkan pelajaran yang dia mau, seperti menghafalkan perkalian, menjawab pertanyaan IPA, atupun membaca 1 Surat Al-Qur'an Bagi guru Agama Islam dan pasti para sahabat guru sudah mempersiapkan itu :D
6. Ditengah pergiliran topi, pemandu akan meniup peluit 2 kali. Bunyi peluit tersebut sebagai tanda bahwa pergiliran topi harus dihentikan untuk sementara. Bagi anak yang memegang topi saat itu kembali akan mendapatykan sanksi. Hal ini dapat5 dilakukan berulang kali sehingga Anak-anak kita yang luar biasa akan senang dalam belajar dan tidak terbebani.
7. Agar permainan ini berjalan dengan seru, pemandu harus bersikap tegas bagi mereka yang mendapatkan sanksi sesuaio kesepakatan sebelumnya.

Tips dan Trik untuk Games ini hapir sama seperti postingan sebelumnya, yaitu :
1. Tetaplah menjadi diri sendiri yang ceria .
2. Role Play (aturan main) harus dijelaskan sedetail mungkin ke anak, jika perlu contohkan kepada mereka.
3. Pada bagian penutup, Pemandu dianjurkan untuk menjelaskan makna games ini bagi anak seperti tujuan diatas.
4. Diakhir acara, pilihlah peserta terbaik dan berikan reward kepada si anak.
5. Kembangkanlah Games ini terus menerus, sesuai dengan kondisi lapangan, jangan ragu untuk berinovasi, karena ingatlah 1 kata terkhir ini.




GURU BUKANLAH MANUSIA BIASA, GURU ADALAH ORANG BESAR DIBALIK KESUKSESAN YANG ADA DIDUNIA INI.