Senin, 06 Januari 2014

PUBLIC SPEAKING TANGERANG

Public Speaking, Kegunaan dan Latar Belakang sejarahnya



Sebagai ilmu terapan, public speaking bukanlah ilmu baru. Namun di Indonesia, baru sekitar satu dasawarsa belakangan inilah, ilmu yang sering dikelompokkan ke dalam bidang softskill ini marak diajarkan di berbagai kalangan masyarakat, mulai dari kalangan akademik (dunia pendidikan) hingga kalangan non-akademik (masyarakat luas).

Kondisi ini berkaitan dengan munculnya era reformasi di penghujung 90-an, era yang memungkinkan masyarakat Indonesia berbicara bebas di mimbar mana pun. Era yang membuat banyak orang membutuhkan keahlian berbicara di depan umum, tanpa kendala apapun.
Secara historis, public speaking mulai berkembang sekitar 2.500 tahun yang lalu. Pelopornya adalah seorang filsuf bernama Socrates, yang hidup antara tahun 469-399 Sebelum Masehi (SM). Socrates mengawali kegiatannya dengan mengumpulkan sejumlah anak muda di Athena, Yunani Kuno, untuk bergantian berbicara di depan umum mengenai berbagai isu yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Mereka bebas mengemukakan pendapatnya.
Public speaking pun kemudian menjadi bagian gaya hidup masyarakat Yunani Kuno ketika itu. Sehingga muncullah para pembicara ulung (orator) yang di kemudian hari dikenal sebagai tokoh-tokoh Filsafat Barat (Western Philosophy). Mereka, antara lain, Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM).
Isu-isu yang mereka kemukakan dalam public speaking pun semakin berkembang, mulai dari masalah-masalah teologi, sampai politik dan ekonomi. Pada masa inilah, ide tentang demokrasi (demos cratos) mulai muncul sebagai ide yang paling hangat diperdebatkan. Ide yang kemudian mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara di Kekaisaran Yunani dan Romawi Kuno, dan yang beratus-ratus tahun kemudian diterapkan di berbagai negara, hampir di seluruh dunia.
Secara teori, Aristoteles menekankan pentingnya ethos (kredibilitas dan keyakinan), logos (logika dan bahasa) serta pathos (keterlibatan emosi) dalam melakukan public speaking. Teori ini lalu dikembangkan oleh Marcus Tullius Cicero (106-43 SM), seorang filsuf, politisi, ahli hukum yang juga  orator ulung.
Menurut Cicero, selain tiga syarat yang pernah dikemukakan Aristoteles, public speaking juga harus memenuhi lima syarat lainnya, yakni inventio (argumen dan latar belakang pengetahuan yang luas), disposito (sesuai dengan kondisi dan situasi), elucotio (bahasa atau diksi yang mudah dimengerti), memoria (daya ingat yang kuat) dan pronunciatio (irama, kejelasan kata, bahasa tubuh dan nada).
Teori-teori ini kemudian dikembangkan secara lebih rinci oleh para ahli public speaking di seluruh dunia, terutama di negara-negara demokrasi yang memungkinkan setiap orang berbicara bebas di berbagai mimbar. Berbicara bebas tanpa etika dan tanpa landasan keilmuan yang lengkap, tentunya hanya akan menjadi provokasi yang menyesatkan. Di sinilah perlunya ilmu public speaking dipelajari serta dipraktekan secara sistematis dan bertahap, agar mampu menghasilkan public speaker atau pembicara yang handal dan disukai banyak orang.
Ilmu public speaking telah melahirkan sejumlah pemimpin bangsa dan pemimpin dunia yang disegani dan dicintai masyarakatnya sepanjang sejarah. Sebut saja George Washington, Abraham Lincoln, John F. Kennedy, Soekarno, Mahatma Gandhi, Che Guevara dan Nelson Mandela. Mereka adalah para pemimpin bangsa dan dunia yang menjadi sangat terkenal, antara lain, karena kemampuan public speaking mereka yang luar biasa.
Tentu saja, ilmu public speaking tidak hanya berguna untuk para pemimpin negara dan calon pemimpin negara. Meskipun, misalnya, Barrack Obama mampu mengalahkan pesaingnya dari Partai Republik, dan terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, itu karena kemampuan public speaking-nya berada di atas John McCain.

Kemampuan public speaking juga sangat diperlukan untuk berbicara di ruang lingkup yang lebih kecil, seperti di lingkungan masyarakat sekitar tempat kita tinggal, di depan kelas, di dalam grup-grup diskusi. Ilmu public speaking akan mampu membuat orang yang mempelajarinya mengalami peningkatan kepercayaan diri, berani mengemukakan ide-idenya, dan terpacu untuk menggali ilmu pengetahuan seluas-seluasnya sebagai modal dasar berbicara di depan umum

Dari Tulisan diatas maka dapat kita tarik satu kesimpulan bahwa Ilmu Public Speaking adalah bagian dari seluruh ilmu yang ada di dunia ini, apapun profesinya. Pada postingan selanjutnya akan kami bahasa tentang penerapan dri Public Speaking ini. Thanks all,..see you soon :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar