Public Speaking, Kegunaan
dan Latar Belakang sejarahnya
Sebagai
ilmu terapan, public speaking bukanlah
ilmu baru. Namun di Indonesia, baru sekitar satu dasawarsa belakangan inilah,
ilmu yang sering dikelompokkan ke dalam bidang softskill ini marak diajarkan di berbagai kalangan masyarakat,
mulai dari kalangan akademik (dunia pendidikan) hingga kalangan non-akademik
(masyarakat luas).
Kondisi
ini berkaitan dengan munculnya era reformasi di penghujung 90-an, era yang
memungkinkan masyarakat Indonesia berbicara bebas di mimbar mana pun. Era yang
membuat banyak orang membutuhkan keahlian berbicara di depan umum, tanpa
kendala apapun.
Secara
historis, public speaking mulai
berkembang sekitar 2.500 tahun yang lalu. Pelopornya adalah seorang filsuf
bernama Socrates, yang hidup antara tahun 469-399 Sebelum Masehi (SM). Socrates
mengawali kegiatannya dengan mengumpulkan sejumlah anak muda di Athena, Yunani
Kuno, untuk bergantian berbicara di depan umum mengenai berbagai isu yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat. Mereka bebas mengemukakan pendapatnya.
Public speaking pun kemudian menjadi bagian gaya
hidup masyarakat Yunani Kuno ketika itu. Sehingga muncullah para pembicara
ulung (orator) yang di kemudian hari dikenal sebagai tokoh-tokoh Filsafat Barat
(Western Philosophy). Mereka, antara
lain, Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM).
Isu-isu
yang mereka kemukakan dalam public
speaking pun semakin berkembang, mulai dari masalah-masalah teologi, sampai
politik dan ekonomi. Pada masa inilah, ide tentang demokrasi (demos cratos) mulai muncul sebagai ide
yang paling hangat diperdebatkan. Ide yang kemudian mewarnai kehidupan
berbangsa dan bernegara di Kekaisaran Yunani dan Romawi Kuno, dan yang
beratus-ratus tahun kemudian diterapkan di berbagai negara, hampir di seluruh
dunia.
Secara
teori, Aristoteles menekankan pentingnya ethos
(kredibilitas dan keyakinan), logos
(logika dan bahasa) serta pathos
(keterlibatan emosi) dalam melakukan public
speaking. Teori ini lalu dikembangkan oleh Marcus Tullius Cicero (106-43
SM), seorang filsuf, politisi, ahli hukum yang juga orator ulung.
Menurut
Cicero, selain tiga syarat yang pernah dikemukakan Aristoteles, public speaking juga harus memenuhi lima
syarat lainnya, yakni inventio (argumen
dan latar belakang pengetahuan yang luas), disposito
(sesuai dengan kondisi dan situasi), elucotio
(bahasa atau diksi yang mudah dimengerti), memoria
(daya ingat yang kuat) dan pronunciatio
(irama, kejelasan kata, bahasa tubuh dan nada).
Teori-teori
ini kemudian dikembangkan secara lebih rinci oleh para ahli public speaking di seluruh dunia,
terutama di negara-negara demokrasi yang memungkinkan setiap orang berbicara
bebas di berbagai mimbar. Berbicara bebas tanpa etika dan tanpa landasan
keilmuan yang lengkap, tentunya hanya akan menjadi provokasi yang menyesatkan.
Di sinilah perlunya ilmu public speaking
dipelajari serta dipraktekan secara sistematis dan bertahap, agar mampu
menghasilkan public speaker atau
pembicara yang handal dan disukai banyak orang.
Ilmu
public speaking telah melahirkan
sejumlah pemimpin bangsa dan pemimpin dunia yang disegani dan dicintai
masyarakatnya sepanjang sejarah. Sebut saja George Washington, Abraham Lincoln,
John F. Kennedy, Soekarno, Mahatma Gandhi, Che Guevara dan Nelson Mandela.
Mereka adalah para pemimpin bangsa dan dunia yang menjadi sangat terkenal,
antara lain, karena kemampuan public
speaking mereka yang luar biasa.
Tentu
saja, ilmu public speaking tidak
hanya berguna untuk para pemimpin negara dan calon pemimpin negara. Meskipun,
misalnya, Barrack Obama mampu mengalahkan pesaingnya dari Partai Republik, dan
terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, itu karena kemampuan public speaking-nya berada di atas John
McCain.
Kemampuan public
speaking juga sangat diperlukan untuk berbicara di ruang lingkup yang lebih
kecil, seperti di lingkungan masyarakat sekitar tempat kita tinggal, di depan
kelas, di dalam grup-grup diskusi. Ilmu public
speaking akan mampu membuat orang yang mempelajarinya mengalami peningkatan
kepercayaan diri, berani mengemukakan ide-idenya, dan terpacu untuk menggali
ilmu pengetahuan seluas-seluasnya sebagai modal dasar berbicara di depan umum
Dari Tulisan diatas maka dapat kita tarik satu kesimpulan bahwa Ilmu Public Speaking adalah bagian dari seluruh ilmu yang ada di dunia ini, apapun profesinya. Pada postingan selanjutnya akan kami bahasa tentang penerapan dri Public Speaking ini. Thanks all,..see you soon :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar